Jumat, 20 Agustus 2010

CINTA DAN SEKS YANG BENAR, PERLU DIKETAHUI REMAJA


Dokter Andik Wijaya, MRepMed, amat tepat mengisahkan hubungan cinta dua remaja Amnon bin Daud di depan siswa siswi Sekolah Bina Bangsa Semarang, Jum’at (29/1). Kisah yang tercatat dalam II Samuel 13:1-39 ini, bagus untuk member contoh pada remaja bagaimana Amnon dan Tamar tidak beruntung karena memilih dan melakukan hal yang salah dalam hidup mereka.

Alkisah, Amnon bin Daud mempunyai seorang adik perempuan cantik bernama Tamar. Amnon jatuh cinta kepada Tamar. Hati Amnon sangat tergoda sehingga dia jatuh sakit karena Tamar. Tamar seorang gadis remaja yang masih perawan sehingga Amnon beranggapan mustahil untuk melakukan sesuatu terhadap Tamar. Akhir cerita, Absalom, juga remaja yang masih saudara Amnon dan Tamar membenci Amnon, lalu membunuhnya.

“Dosa seksual, air mata dan darah, terus mengalir dalam kehidupan keluarga Daud. Semua terjadi karena perilaku seks bebas di kalangan remaja yang tidak dapat dikendalikan,” ujar Andik dalam kata kesimpulannya mengenai kisah tragis percintaan dua remaja Amnon dan Tamar itu.

Ada tiga hal yang menjadi penyebab kejadian tragis itu. Pertama, menurut Andik, Amnon memilih bersahabat dengan remaja yang tidak atau belum mengerti tentang kebenaran. Kedua, Amnon hidup dalam lingkungan yang permisif dan ketiga, Amnon bertemu dengan remaja putri yang kompromis.

Andik menjelaskan, ketertarikan seksual adalah hal normal bagi semua orang karena faktor internal hormonal dan eksternal stimuli. Hampir semua remaja pernah mengalami situasi seperti Amnon. Tidak ada yang salah.

“Dalam situasi seperti ini, remaja perlu diitolong untuk memahami apa yang terjadi, sehingga mengerti apa perbedaan antara cinta, seks, dan nafsu. Seperti apa cinta dan seks yang benar,” katanya dalam seminar tentang pendidikan seks di Function Hall lantai tiga Sekolah Bina Bangsa di Jalan Jangli Boulevard, Semarang, Jawa Tengah, Jum’at (29/1).

Seks bebas di kalangan remaja banyak sekali dipengaruhi oleh pergaulan. Dalam tayangan film barat yang sering remaja tonton, misalnya, pelajaran seks yang diperoleh adalah tanpa cinta, kopmitmen, pernikahan dan risiko. Padahal apa yang ditunjukkan oleh film-film maupun sinetron, sama sekali tidak sama dengan kehidupan nyata.

Andik berpendapat, tragedi keluarga Daud yang terkisahkan di atas, sebetulnya bisa dicegah. Orang tua, sekolah, seyogianya bisa menjadi sahabat-sahabat yang baik di kala remaja sedang dilanda dan jatuh cinta. “Pastikan orang tua, sekolah dan gereja, terus menerus menyampaikan standar kekudusan seksual pada pelajar dan remaja,” katanya berpesan.

Kepala Sekolah Bina Bangsa, Yuliana Puspitasari, menjelaskan, kegiatan seperti seminar pendidikan seks merupakan agenda rutin bulanan sekolah dengan mengangkat tema-tema yang relevan dengan remaja. Ini cocok dengan program KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) BKKBN (Badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional).

“Kami memang sengaja menyelenggarakan ini untuk kelas 5 SD hingga SMA. Sebab, anak SD sekarang sudah sering bicara soal pacaran. Padahal mereka belum tahu apa sebenarnya arti pacaran,” kata Yuliana Puspitasari.(ken/sm).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar