Jumat, 20 Agustus 2010
BERITA
PENUNDAAN KEHAMILAN
Selasa, 2 Juni 2009 @ 16:50:00
Banyak pasangan muda yang ingin menunda dulu untuk punya momongan. Alasan umum, menurut Dra. Jacinta F. Rini, MSi, konsultan psikologi dari Harmawan Consulting, yang dipakai pasangan untuk menunda kehamilan, antara lain: ekonomi/financial, karier, dan kesiapan mental.
KESIAPAN PSIKOLOGIS
Kesiapan dan kesehatan psikologis amat penting bagi pasangan yang ingin memiliki keturunan. Hal ini perlu karena suami dan istri memiliki tanggung jawab yang berat untuk bisa menjalani perannya sebagai orangtua.
Menurut Jacinta, jangan jadikan egoisme diri menjadi alasan untuk menunda kehamilan. "Harus didasari oleh alasan yang tepat dan bertanggung jawab. Khususnya, lakukanlah demi kesehatan ibu, baik psikis maupun psikologis, dan anak."
KESIAPAN FISIK
Selain kesiapan psikologis, kesiapan fisik juga mutlak dimiliki oleh perempuan yang merencanakan kehamilan. Dari sisi kesehatan, selama si pasangan tidak memiliki penyakit yang memerlukan terapi dalam jangka waktu panjang, Anita tidak melihat alasan yang mengharuskan pasangan untuk menunda kehamilan.
Kehamilan sebaiknya ditunda jika ada penyakit yang diidap suami atau istri, yang bisa membahayakan kondisi janin maupun ibunya jika kehamilan dilaksanakan.
Berikut ini kondisi-kondisi yang harus diperhitungkan pada saat menunda kehamilan.
1. Usia perempuan
Usia yang paling tepat untuk hamil adalah 20-35. Jika melebihi 35 tahun, risiko kehamilan dan kelahiran akan lebih tinggi.
2. Kondisi kesehatan
Jika terdapat kendala kesehatan dan usia masih memungkinkan untuk ditunda, ada baiknya kondisi tubuhnya disehatkan terlebih dahulu.
3. Faktor keturunan
Jika suami dan istri berasal dari keluarga kecil yang sama-sama susah memiliki anak, sebaiknya tidak menunda kehamilan.
CARA AMAN TUNDA KEHAMILAN
1. Pantang berkala
Ini adalah cara penunda kehamilan yang paling menyehatkan karena tidak mengubah status hormonal si perempuan. Kelemahan metode ini adalah "kebobolan", terutama mereka yang menstruasinya tidak teratur.
2. Kondom
Untuk pasangan yang risiko "kebobolan"-nya besar, kondom adalah sarana yang pas.
3. KB Hormonal
Konsultasikan dengan dokter kandungan, metode KB hormonal mana yang paling tepat dengan kondisi kesehatan Anda.(na/nov)
NIKAH MUDA TIDAK SALAH, TAPI RISIKO KEMATIAN TINGGI
Kamis, 12 Januari 2006 @ 08:01:00
LARANGAN untuk tidak melakukan seks sebelum menikah sudah dilontarkan banyak pakar dan agamawan dalam berbagai kesempatan seperti seminar, media cetak dan elektronik, serta forum lain.
Namun, fakta berbicara lain. Meskipun beribu ancaman, risiko, bahkan sanksi agama dan norma sudah dibeberkan, perilaku seks pranikah tetap populer, terutama di kalangan remaja.
Seks yang sesungguhnya rahmat dari Tuhan dan merupakan kebutuhan dasar manusia, menjadi sesuatu yang hina bahkan mematikan jika cara penyalurannya tidak tepat dan tidak bertanggung jawab.
Hal itu terungkap pada talk show fenomena sex in the kost sebagai sertifikasi predikat mahasiswa gaul yang digelar di Fakultas Psikologi Universitas Sultan Agung (Unissula), Semarang belum lama ini.
Ketiga pembicara, dokter Iwan Setiawan (seksolog), Dra Retno Anggraeni SPsi (dosen Fakultas Psikologi Unissula), dan Irnida Terada (Pilar PKBI), secara gamblang menyatakan tindakan seks sebelum menikah adalah pilihan.
''Manusia diberikan kebebasan seluas-luasnya. Tuhan pun memberikan pilihan, mau masuk surga atau neraka,'' kata Retno.
Menurut dia, salah satu solusi jitu mengatasi hal tersebut adalah menikah. Menurut dia, tidak ada yang salah menikah di usia muda.
Selain kebutuhan biologis tersalurkan dengan halal, hal itu merupakan karunia Tuhan. Si anak yang harus memberikan pengertian kepada orang tua.
''Hampir semua orang tua pasti menginginkan buah hatinya mapan dulu sebelum berumah tangga. Namun, jika kebutuhan biologis sudah berbicara, hal itu susah
ATM kondom:
Bagaimana dengan anggapan menikah muda rawan perceraian? Dengan tegas Retno menuturkan, tidak ada satu pernikahan pun yang dijamin langgeng. Hal itu bergantung pada individu yang menjalankannya.
''Lebih baik menikah dini daripada menikah karena 'kecelakaan','' seloroh dia.
Sikap dan pemikiran yang dewasa sangat diperlukan, baik dari anak maupun orang tua untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Solusi lain yang ditawarkan agar tak terjadi kehamilan dan penularan penyakit kelamin adalah memakai kondom.
Hal itu menjadi pro-kontra di mana-mana. Terlebih, saat ini ada wacana pengadaan ATM kondom di tempat-tempat umum. Hal itu bak buah simalakama.
Di satu sisi, tindakan itu seolah-olah menghalalkan perzinaan. Namun di sisi lain, anjuran dan nasihat untuk tidak melakukan seks bebas tidak bisa mengurangi jumlah pelaku.
''Jadi, hal yang mungkin dilakukan adalah memberi pengetahuan atau informasi bagaimana berhubungan intim dengan aman,'' ujar Iwan.
Pelarangan ATM kondom, menurut dia, tidak akan mengurangi pelaku seks bebas, termasuk pranikah; mengingat barang itu mudah didapat oleh siapa pun.
Irnida yang kerap ''dicurhati'' seputar masalah seks dan reproduksi pun tidak bisa berbuat apa-apa. Terutama, jika orang yang datang kepadanya sudah memiliki ketetapan hati untuk aborsi atas kehamilan dari hubungan seks di luar nikah.
''Kami hanya memberikan pengarahan akan risiko tindakan tersebut. Namun, pilihan tetap pada mereka,'' tandasnya.
Kematian tinggi:
Lain halnya dengan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (Menneg PP) Meutia Hatta Swasono. Dia mengingatkan kawin muda pada perempuan yang tingkat pendidikannya rendah bisa berdampak pada rendahnya pengetahuan keluarga tersebut.
"Mereka tidak akan tahu cara-cara mendidik anak yang baik sesuai dengan perkembangan zaman," katanya pada acara pemberdayaan perempuan dan gerakan sayang ibu di Dusun Suren Kulon, Desa Canden, Kecamatan Jetis , Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, belum lama ini.
Meutia mengharapkan semua pihak termasuk pemerintah untuk berama-sama memperhatikan sekaligus memberdayakan para ibu hamil dengan memberikan bantuan kesehatan berupa obat-obatan dan makanan bergizi.
"Karena bagaimanapun kita sesama bangsa Indonesia harus hidup bergotong-royong, senasib dan sepenanggungan, sesuai makna Pancasila," katanya.
Menteri mengingatkan tingginya resiko kematian saat melahirkan pada perempuan yang kawin muda.
"Perempuan yang kawin muda, belum cukup umur, apalagi pendidikannya rendah, tidak tahu tentang cara-cara menjaga kesehatannya dan bayinya saat hamil," katanya.
Faktor itu menyebabkan risiko kematian ibu saat melahirkan relatif tinggi dibandingkan dengan perempuan yang saat menikah sudah berusia dewasa.
"Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Ini perlu dikurangi, dan upaya menekan angka kematian tersebut harus melibatkan seluruh masyarakat," katanya. (smcn/miol/004)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar