TENTANG AIDS
144 PRAJURIT TNI DI PAPUA MENGIDAP HIV/AIDS
JAYAPURA--bkkbn online : Kepala Rumah Sakit Marthen Indey Jayapura, Yenny Purnama menyatakan,pihaknya telah mencatat hingga Mei 2010 ada 144 prajurit Kodam XVII/Cenderawasih positif mengidap virus HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut, empat orang di antaranya telah meninggal dunia.
Mereka yang mengidap virus HIV/AIDS itu masih menjalani perawatan dan sudah diserahkan ke Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Papua."Bagi prajurit yang positif mengidap HIV/AIDS mendapat perawatan intensif dari Kodam dengan memberikan obat secara rutin," kata Yenny.
Disinggung mengenai perlakuan terhadap prajurit yang positif terjangkit HIV/AIDS, dia mengatakan saat ini mereka tetap melakukan aktivitas seperti biasanya. Kodam tidak pernah membatasi ruang lingkup mereka. "Mereka tetap menjalankan tugas sebagai prajurit karena kami tidak ingin ada stigma terhadap mereka," ujar Yenny.
Manager Dukungan Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YPKM) Jayapura, Dr Raflus Dorangi, beberapa waktu lalu, menyatakan, 4.548 kasus HIV/AIDS di Provinsi Papua timbul karena perilaku seks bebas dengan penderita terbanyak di usia 20-29, yaitu2.075 kasus. Seks bebas, termasuk hubungan heteroseksual, homoseksual dan biseksual.
Menurut Raflus, kasus HIV/AIDS di Papua cenderung naik karena kurangnya pemahaman bahaya penyakit mematikan itu dan lemah iman. Dia menjelaskan, sejak 2002 hingga akhir 2008 jumlah penderita HIV/AIDS, khususnya di Jayapura mencapai 277 orang dan dari jumlah itu sedikitnya 40 orang meninggal.
"Dengan melihat kecenderungan penyakit berbahaya itu YPKM dalam segala keterbatasannya hanya ingin dunia pemuda yang memiliki segudang cita-cita dan impian tidak tidak terjerumus dalam lembah hitam," katanya.
Upaya yang harus segera dilakukan adalah dengan merangkul masyarakat dan generasi mudaguna memberi pemahaman lebih tentang bahaya dari penyakit ini.(na/rep/ant).
MEDIA MASSA MEMICU ANGKA PERCERAIAN
JAKARTA--bkkbn online : Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Nasaruddin Umar mengatakan, vulgarnya media massa mem-'blow up' dan memprovokasi persoalan rumah tangga para figur publik menjadi satu di antara sekian faktor yang lambat laun menggeser norma dan cara pandang masyarakat terhadap institusi perkawinan ke arah negatif.
"Masyarakat tidak lagi memandang perkawinan sebagai suatu lembaga yang seharusnya dipertahankan keutuhannya," kata Nasaruddin dalam pengarahannya pada acara Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan dan pemilihan Kepala KUA Teladan Tingkat Nasional Tahun 2010, Selasa (17/8).
Kondisi ini, menurut Nasaruddin, merupakan suatu kenyataan yang meningkatkan angka perselisihan. Terbukti dari perkara yang diterima Pengadilan Agama (PA) secara nasional, pada tahun 2009 dari 246.015 perkara di tingkat pertama terdapat perkawinan sebanyak 241.729 yang merupoakan perkara terbesar, yaitu 98,2 persen.
Fenomena ini diperparah dengan kasus cerai gugat yang mencapai angka 171.477 perkara lebih banyak dari angka cerai talak 86.592 perkara. Peningkatan angka perceraian ini dapat berpotensi menjadi sumber permasalahan sosial. Anak-anak merupakan korban yang paling merasakan dampak dari perceraian ini.
Keadaan tersebut menurut Nasaruddin menunjukkan betapa pentingnya fungsi keluarga dalam seluruh proses pembentukan generasi yang akan datang. Sulit rasanya membayangkan kehidupan suatu masyarakat tanpa didukung oleh keluarga yang kokoh, harmonis dan penuh belas kasih.
"Saya meyakini sepenuhnya kehadiran kita di sini demi memberikan dukungan kuat pada institusi penyiap generasi yang sangat penting ini," ujar Nasaruddin seraya menambahkan, agar tidak sekadar ia terhindar dari segala sesuatu yang dapat mengancam keutuhannya, tetapi untuk meningkatkan kualitasnya.(fim/tb).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar