Jumat, 24 Mei 2013

MENIKMATI HIDUP DENGAN BERUSAHA BERSYUKUR

     Kalau kita mendengar pembicaraan di masyarakat, baik ketika minum kopi di warung, ibu-ibu pedagang di pasar, petani, buruh pegawai negeri dan kelompok-kelompok masyarakat lain, maka yang disampaikan kebanyakan adalah rasa mengeluh terhadap masalah yang dihadapi. Bahkan seseorang yang menurut pandangan  masyarakat sudah dianggap mampu, masih juga mengeluh kurang ini, kurang itu dan kurang-kurang yang lain. Rasanya manusia tidak pernah merasa puas dan bersyukur meskipun seakan akan sudah diberi gunung emas. Sementara ada sebagian  masyarakat yang hidup serba kekurangan, ibaratnya sehari makan, sehari tidak makan, tetapi mereka hidup bahagia, damai dan tidak pernah mengeluh.


     Permasalahannya adalah kenapa kebanyakan manusia dalam kehidupannya kurang bisa mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah. Apa sebetulnya bersyukur itu? Bagaimana cara bersyukur dan apa makna atau manfaat bersyukur bagi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan-pertanyaan diatas, adalah penting untuk dijawab agar kita dapat menikmati hidup di dunia ini dengan rasa bersyukur.
     Di dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda bahwa ada dua nikmat yang manusia sering melupakan yaitu nikmat sehat dan nikmat kesempatan. Nikmat sehat adalah sebuah nikmat yang kita terima sejak kita  dilahirkan. Nikmat itu baru saja kita rasakan, ketika kita sudah bermasalah. Jantung kita selama 24 jam terus bergerak dan tidak pernah beristirahat, meski sedikitpun, namun pernahkah kita merasa bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kepada kita jantung dan masih banyak nikmat-nikmat yang lain, seperti mata, telinga, hidung, tangan, kaki. Pernahkah kita mensyukurinya mari kita tanyakan pada diri kita masing-masing.
     Nikmat yang kedua yang juga sering kita lupakan adalah nikmat kesempatan. Kesempatan adalah satu nikmat yang tidak pernah kembali. Kita lahir, kemudian menjadi balita, menjadi remaja, menjadi dewasa sampai sekarang ini, maka  tidak mungkin kita kembali menjadi remaja, menjadi anak balita kembali. Tiba-tiba kita sadar, bahwa kita sudah mulai tua. Disinilah kita sadar bahwa masih banyak hal-hal yang belum kita lakukan. oleh karena itu dalam kamus bahasa Jawa sering dikatakan gethun mburi, atau menyesal setelah semuanya terjadi.
     Banyak sekali nikmat yang telah diberikan kepada manusia, sampai-sampai manusia tidak menyadari bahwa apa yang ada dalam dirinya, semuanya adalah pemberian Allah. Nikmat baru kita rasakan, ketika nikmat itu sedikit demi sedikit mulai diambil kembali oleh Allah. Karena terlalu banyak nikmat itulah, maka dalam bahasa Al-Qur'an kita manusia tidak pernah dapat menghitungnya. Permasalahannya, kenapa sudah begitu banyak nikmat yang diberikan kepada manusia, namun sebagian besar tidak mensyukurinya? Hal tersebut disebabkan antara lain, pertama : kurang memfungsikan potensi yang diberikan oleh Allah, misalnya punya mata, tetapi tidak pernah digunakan untuk melihat kekuasaan Allah, punya telinga, tapi tidak digunakan untuk mendengar kalimat-kalimat Allah, punya pikiran, tetapi tidak pernah digunakan untuk memikirkan keagungan Allah, punya perasaan, tetapi tidak pernah digunakan untuk merasakan banyaknya nikmat yang diberikan oleh Allah. Kedua : tidak pernah melihat dirinya sendiri, apa yang dimiliki adalah pemberian Allah. Ketiga : hatinya tertutup dari hidayah Allah.
     Apa sebetulnya bersyukur itu?  Bersyukur secara lughawi bermakna membuka dan menyatakan. Membuka, mengakui, menyebut, menyatakan kenikmatan yang diberikan kepada diri manusia. Dalam kamus bahasa Arab, kata syukur diartikan sebagai ungkapan rasa terima kasih keapda Allah SWT. Kebalikan bersyukur adalah kufur yang artinya adalah menutup, tidak mengakui bahwa nikmat itu adalah pemberian Allah. Bersyukur pada hakekatnya adalah menggunakan nikmat Allah untuk taat kepada-NYA  atau mengakui nikmat kepada yang memberi nikmkat
     Dari pengertian diatas, kelihatannya bersyukur itu mudah, yaitu mengakui nikmat yang diberikan kepada manusia dan mengucapkan terima kasih kepada yang memberi yaitu Allah. Namun dalam kenyataan ternyata kita sulit mensyukuri nikmat itu, sebagi contoh apabila kita dapat rezeki yang banyak, baru mengucapkan terima kasih, tetapi jika sedikit, manusia kemudian menggerutu, karena tidak sesuai dengan pikirannya. Oleh karena itu bersyukur harus  melalui latihan-latihan yang panjang, sehingga pada akhirnya menjadi kebiasaan. Mensyukuri hal-hal kecil sebagai awal untuk mensyukuri hal-hal yang lebih besar.
     Berbagi cara dapat kita lakukan sebagai perwujudan dari bentuk kesyukuran kita pada Allah. Pertama : syukur dengan hati. Syukur dengan hati akan membuat seorang hamba menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu, berkeluh kesah atau menghujat kepada Allah, walau nikmat yang diterima dinilai kecil. Biasanya rasa syukur itu muncul setelah mendapatkan sesuatu yang berasal dari luar diri kita. Padahal hal-hal yang kita nikmati di dalam diri kita adalah nikmat yang begitu besar, jika hati nurani kita berjalan. Seperti mata kita, kaki kita, jantung kita, dll. Kedua : syukur dengan lidah. Rasa syukur dapat juga diucapkan melalui lidah. Kata-kata Alhamdulillah memiliki makna keseluruhan, dimana segala puji bagi Allah yang telah memberikan segala karunia kepadanya. Dengan kata-kata Alhamdulillah, Subhanallah, Astaghfirullah, apabila kita ucapkan dengan penuh kesadaran, maka secara otomatis semua yang terjadi dan kita rasakan, berasal dari Allah. Ketiga : syukur dengan perbuatan. Syukur melalui perbuatan biasanya berbentuk gerak dan perbuatan melalui kerja dan usaha atau dengan kata lain memfungsikan semua komponen tubuh untuk melakukan segala aktivitas yang bernilai ibadah kepada Allah SWT.
     Banyak manfaat yang dapat kita rasakan, apabila kita membiasakan diri untuk mensyukuri apa yang diberikan oleh Allah kepada kita. Manfaat itu antara lain pertama : hidup kita selalu optimis, apapun yang diberikan oleh Allah berupa nikmat, kemudian mensyukurinya, maka akan menumbuhkan jiwa optimis dan ungkapan-ungkapan positif pada Allah, sehingga sesuai janji-NYA, Allah akan menambah nikmat kepada kita. Kedua : hidup menjadi tentram dan bahagia. Seseorang yang berusaha bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Allah, maka hidupnya akan tentram dan bahagia. Ia tidak melihat kekayaan yang diberikan oleh Allah kepada orang lain, tetapi ia merasa bersyukur, karena ia diberi kesehatan, semua tubuhnya berfungsi dengan baik. Hal inilah yang membuat hidupnya tentram dan bahagia, meskipun harta yang ia miliki pas-pasan untuk hidup sehari-hari. Ketiga : tidak pernah merasa iri terhadap apa yang diberikan Allah kepada orang lain.
     Apa yang ia punyai dinikmati dengan rasa syukur, meskipun kecil atau sedikit. Ia yakin, bahwa nikmat yang kecil atau sedikit, tapi disyukuri itu lebih baik dan lebih berkah dari pada diberi nikmat yang banyak, tetapi tidak dapat mensyukurinya. Ia selalu berfikir positif terhadap Allah, dan jika ia mersa kurang, maka langsung meminta kepada Allah, tidak iri kepada orang lain. Keempat : tidak sombong. Suatu keyakinan bahwa apa yang dia miliki adalah milik Allah, maka membuat seseorang yang diberi kekayaan berlimpah oleh Allah, tidak lalu menjadi sombong. Sebab ia yakin bahwa harta adalah amanah yang harus dijaga, dibersihkan dan dimanfaatkan untuk sebagian kepentingan keluarga dan selebihnya untuk perjuangan.
     Jika kita selalu berusaha menikmati hidup ini dengan rasa syukur, maka kita kan mendapatkan pencerahan yang menerangi setiap langkah kita. Kita hidup aman, tentram, bahagia, rendah hati, tidak menjaga jarak dengan orang lain.  Sebaliknya jika seseorang tidak mengakui nikmat (kufur) terhadap Allah, maka dia akan hidup dengan keluh kesah, cemas, takut dan ragu-ragu dalam hatinya, serta memiliki sifat iri, dengki kepada orang lain, yang membuat mereka tidak pernah merasakan kebahagiaan.

*Penulis adalah Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar